1. Ilmu
dikatakan never ending process Karena ilmu itu bersifat luas, semakin
seseorang menemukan sebuah ilmu maka
ilmu tersebut semakin kurang untuk mendapatkan ilmu yang belum
diketahuinya. Dan ilmu itu seumur hidup dan meliputi seluruh aspeknya tidak
pernah habis, Simaklah
bagaimana Edison berhasil menemukan puluhan, ratusan, bahkan sampai lebih dari
seribu penemuan setelah menemukan lampu pijar. Jangan pernah merasa cukup
dengan ilmu, jangan pernah merasa kenyang dengan pengetahuan. Selama kita masih
bernafas, kita masih perlu ilmu dan pengetahuan.
Setiap cabang ilmu membutuhkan dasar/patokan sebagai
pembenaran. Dalam falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang
merupakan tiang penyangga tubuh yang didukungnya yaitu Ontologi
(apa) yaitu rumusan gejala pengamatan pada suatu objek telaah, yang tidak
digarap bidang telaah lain, Epistemiologi
(bagaimana) yaitu usaha untuk memperoleh kebenaran dalam objek telaah dan Aksiologi (untuk apa) yaitu nilai-nilai
yang menentukan kegunaan dari objek telaah.
2. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu
menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen
ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika
menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan
bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional
Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang
membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari
premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar
atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika
kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
a.
Setiap mamalia punya sebuah jantung
b.
Semua kucing adalah mamalia
c.
Jadi, Setiap kucing punya sebuah jantung
Penalaran induktif—kadang disebut logika
induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus
untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
a. Kuda Sumba
punya sebuah jantung
b. Kuda
Australia punya sebuah jantung
c. Kuda Amerika
punya sebuah jantung
d. Kuda Inggris
punya sebuah jantung
e. Jadi, Setiap
kuda punya sebuah jantung
Tabel di
bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika semua
premis benar maka kesimpulan pasti benar
|
Jika
premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
|
Semua informasi
atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis.
|
Kesimpulan
memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
|
Dalam sebuah proporsisi sumber dari pernyataan di bagi
menjadi dua. Dua jenis pernyataan itu adalah apriori dan aposteriori. Keduanya
berasal dari bahasa latin. Apriori artinya dari sebelum sedangkan aposteiori
berarti dari sesudah. Keduanya dibedakan berdasarkan dari mana sumber
pengetahuan itu.
Apriori menyatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal
dari sebelum pengalaman. Rasanya aneh bahwa ada pengetahuan yang di dapat dari
sebelum sebuah pengalaman. Namun pengetahuan itu ada. Misalnya saja pengetahuan
matematis. Pengetahuan seperti 1+1 =2 tidak kita alami terlebih dahulu, atau
tidak butuh pengalaman dahulu. Memang seseorang meragukan karena pengalaman ini
mungkin saja berasal dari pengalaman. Memang 1+1 bisa didapat dari pengalaman
menambah yang dialami. Tetapi coba jika hasilnya lebih besar. Misal 10000 X 2
=20000. Sebagian besar dari kita pastinya belum pernah menghitung hal itu
secara empiris. Namun demikian kita memiliki suatu perhitungan yang tepat
mengenai masalah ini.
Pengetahuan lain yang bersifat apriori adalah pengetahuan
logika bahasa. Misalnya lingkaran itu tidak memiliki sudut. Kita tidak perlu
mengadakan penelitian untuk melihat apakah semua lingkaran itu tidak memiliki
sudut. Kita cukup memikirkannya saja. Contoh lain adalah segitiga memiliki tiga
sudut. Tidak perlu meneliti lebih lanjut apabila benda disebut sebagai segitiga
maka otak kita langsung mengatakan bahwa itu memiliki tiga sudut. Jikalau tidak
tiga sudut maka otak kita akan protes dan ragu apakah itu benar-benar bisa
disebut segitiga. Contoh lain adalah semua lajang tidak memiliki istri. Kita
mengetahui hal ini secara logis. Apabila dia lajang dan memiliki istri maka
pada kenyataannya dia tidak lajang.
Pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang didapat
setelah pengalaman. Sebagai contohnya adalah anjing budi hitam. Pengetahuan
macam ini didapat dari pengelaman. Karena itu pengetahuan ini dikatakan
aposteriori. Contoh lain adalah pengetahuan mengenai sekarang di luar hujan.
Kupu-kupu memiliki dua sayap. Langit berwarna biru. Dan lain sebagainya yang
didapatkan setelah pengalaman.
Berbicara tentang strategi pengembangan ilmu ini Koento
Wibisono (1982:13) mengelompokkan menjadi 3 macam pendapat:
Pertama,
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tetutup, dalam
arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan. “Science for sake
of science only” merupakan semboyan yang didengungkan.
Kedua,
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan
refleksi, bahkan juga memberi justifikasi. Dengan ini ilmu cendrung memasuki
kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi.
Ketiga,
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling
memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak
terjebak dalam kemiskinan relevansi dan aktualitasnya. “Science for sake of
human progress” adalah pendiriannya.
Dari ketiga strategi di atas , semua tepat apabila
disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana ilmu pengetahuan itu
berada. Artinya, strategi pernbangunan ilmu pengetahuan (dan teknologi) tidak
dapat dilepaskan dari garis politik pembangunan suatu daerah. Hal tersebut
dapat dijabar bahwa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita
harus mempertimbangkan dua hal yaitu visi dan falsafah/ideologi daerah tersebut
serta visi dan praksis (praktik dalam bidang kehidupan dan kegiatan praktis
manusia).
Namun, dari ketiga pendapat ini pendapat yang
ketiga yang mampu membangkitkan gairah keilmuan, karena strategi yang
digunakan punya hubungan yang sangat erat untuk memperkaya
muatan-muatan keilmuan sesuai dengan kemajuan dan kekinian ilmu
yang berkembang di tengah-tengah masyarakat sehingga dari sini tak dapat
diletakkan urgensi untuk mengembangkan ilmu yang tidak sekedar teori-teori
belaka, tapi juga realisasi teori dalam praktik dan hasil-hasil yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Artinya di sini bahwa ada nilai-nilai yang
menjadi muatan suatu ilmu bisa berkembang dan bermanfaat.
3. Karena dalam permasalahan mengenai kebenaran terdapat beberapa teori
kebenaran yaitu meliputi teori kebenaran koherensi, teori kebenaran korespondensi
dan teori kebenaran pragmatis.
a.
Teori Corespondence : menerangkan
bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
b.
Teori Consistency/Coherency : Teori ini
merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu
penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan
penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
c.
Teori Pragmatisme : Paragmatisme
menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode
project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar
hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu
itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan
tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia
selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan
penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam kenyataannya kini, kriteria kebenaran cenderung
menekankan satu atu lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang
memuaskan keinginan kita, (2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan
eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup
biologis. Oleh karena teori-teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan
pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling
bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi
tentang kebenaran. kebenaran adalah persesuaian yang setia dari pertimbangan
dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti adanya. Akan
tetapi karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat diujilah
pertimbangan tersebut dengan konsistensinnya dengan pertimbangan-pertimbangan
lain yang kita anggap sah dan benar, atau kita uji dengan faidahnya dan
akibat-akibatnya yang praktis.
4. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pegetahuan yang didapatkan melalui metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan apat disebut ilmu tercantum dalam
apa yang dinamakan metode ilmiah. Metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Meodologi
meupakan suatu pengakajian dalammmempelajari peraturan-peraturan dalam metode
tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode ilmiah.
Selain deinisi di atas ada beberapa pendapat lain
mengenai metode ilmiah, antara lain adalah pendapat dari (Almack, 1939) Metode
ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan menurut berpendapat bahwa metode
ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa metode ilmiah adalah
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan
untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project).
Untuk memperoleh ilmu salah satu yang harus dipahami
oleh seorang ilmuan adalah mengetahui cara apa yang harus digunakan. Ilmu dapat
digali atau dicari dengan menggunakan prosedur yang disebut dengan metode
ilmiah. Langkah-langkah sebagai alur berpikir yang mencakup dalam metode ilmiah
dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan tahapan-tahapan dalam
kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan logico-hypotetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Rumusan
masalah, ini merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah
berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat di
identifikasi faktor-faktor yang terkait didalamnya.
b. Menentukan
khasanah pengetahuan ilmiah, ini merupakan langkah
kedua dalam metode ilmiah , berisi kumpulan informasi-informasi ilmiah yang
digali melalui berbagai literatur ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah,
wawancara dengan narasumber atau pakar bidang keilmuan terkait dengan
permasalahan yang akan carikan solusi pemecahannya.
c. Penyusunan
kerangka berpikir dala penyusunan hipotesis, ini merupakan
langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang dibangun berdasarkan
khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori, sehingga
dapat menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang
saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan atau hibungan antara
variable bebas dan variabel terikat. Karena berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
d. Penyusunan
hipotesis, ini merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah, berisi jawaban
sementara atau dugaan sementara terhadap yang akan diajukan dalam perumusan
masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat berupa kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
e. Pengujian
hipotesis, ini adalh langkah kelima dalam metode ilmiah berisi
kegiatan pengumpulan fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistic, sedangkan
hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung tersebut atau tidak.
f. Penarikan
kesimpulan, ini merupakan langkah keenam dalam
metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang diajukan berdasarkan data
yang ditemukan dilapangan diterima atau ditolak. Bila dalam proses pengujian
terdapat fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis yang
diajukan dapat diterima. Sebaliknya, bila data-data yang dikumpulkan dari
lapangan ternyata tidak mendukung hipotesis yang diajukan maka hipotesis yang
diajukan ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta
telah diuji kebenarannya. Pengertisn kebenaran disini baru ditafsirkan secara
pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan
sebaliknya.
Kemudian metode ilmiah yang sesuai dengan pengembangan ilmu yang saya
tekuni adalah metode ilmiah teoritis dan metode ilmiah eksperimen modern
(dengan kata lain yaitu bisa induktif
dan deduktif yang di implementasikan dengan metode-metode modern) agar ada
kesesuaian dengan zaman yang sedang kita hadapi sekarang ini, metode tersebut
antara lain :
Teoritis: berhubungan erat dengan logika dan rasional
Eksperimen:
mempraktikan teori-teori yang telah diterima dengan logika dan bersifat
rasional.
Dalam pendidikan agama islam metode yan sebaiknya diterapkan adalah dengan metode diatas karena secara teoritis misalnya secara syari’at kita mempelajari cara – cara dan teknik dalam melakukan syari’at seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain, secara teoritis kita diajarkan melaksanakan shalat
dengan beberapa cara dan teknik yang benar kemudian menggunakan metode ilmiah
eksperimen yaitu dari metode ilmiah teoritis kita praktikan (implementasikan) dengan melaksanakan teori tadi yang dapat diterima
secara logika dan rasional. Dalam
pendidikan agama islam eksperimen atau melaksanakan amalan dari teori seperti
shalat, puasa, dan lain sebagainya harus senantiasa kita laksanakan supaya
hasil dari kedua metode tersebut sepenuhnya akan kita rasakan manfaatnya.
5. Karna
menjadi unsur pembangun dan pengemban dari filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pengetahuan (theory of science
dan scaince of science) mempunyai persepsi tentang berbagai macam objek dan
kajian itu juga percaya pada sesuatu sebagaimana percaya nya itu.objek kajian
dan ilmu pengetahuan merupakan bentuk aktivitas manusia yang dengan
melakukannya mereka memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih lengkap dan
cermat tentang alam semesta dimasa lampau, sekarang, dan masa akan datang serta
kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada mengubah lingkungannya
serta mengubah sifat – sifatnya sendiri. Theory of science merupakan
teori yang dipakai untuk acuan dalam ilmu pengetahuan, sedangkan science of
science merupakan ilmu yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.
Kemudian
Kajian utama filsafat ilmu adalah Kenyataan(fakta), kebenaran, konfirmasi dan logika
inferensi.
Ruang lingkup kajian dari disiplin
filsafat ilmu yaitu:
a. Ilmu natural
science
b. Ilmu social
science
c. Ilmu
humanitics
Manfaat filsafat ilmu dalam
kehidupan sebagai seorang ilmuan:
Untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagai konsep dan
teori sesuatu disiplin ilmu dan memberikan kemampuan untuk membangun teori
ilmiah.
Pada dasarnya filsafat adalah berpikir
mengenai suatu kebenaran (berpikir
sampai ke akar - akarnya) dengan kata lain sebagai pengembaraan pikiran, secara
radikal sanggup menembus apa– apa yang dengan daya di balik fakta sehingga dapat memberikan
kepuasan pada seorang ilmuan. sebab dengan demikian seorang ilmuan telah dapat
mengetahui apa yang nampak (tersurat) dapat pula memahami apa yang
tersirat dengan daya fikirnya, dengan
demikian menjadi lengkaplah kebutuhan seorang ilmuan untuk memahami keberadaan
ini dari sisi yang tersurat dengan jangkauan inderanya dan apa yang tersirat
dengan jangkauan pikiran filosofisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar