Sabtu, 06 Oktober 2012

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pola Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Life Skills
Dalam dunia pendidikan, metode dan pola pengajaran berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyajikan bahan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan life skills (kecakapan hidup) yang mencakup sikap, pengetahuan, daya cipta, dan keterampilan pada anak. Pemberian stimulasi perkembangan anak usia dini sangat penting untuk melejitkan aspek perkembangan anak yang mecakup: perkembangan visual, pendengaran, fisiko-motorik, bahasa dan komunikasi, sosial–emosional, moral spiritual, dan kemampuan kognitif.
Keberhasilan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika mempertimbangkan tahapan perkembangan anak. Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut:

1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.




5. Macam-macam perkembangan Anak Usia Dini adalah :
1) Perkembangan jasmani
Perkembangan jasmani merupakan dasar dalam perkembangan mental, maksudnya perkembangan mental dapat berjalan dengan baik apabila perkembangan fisik juga baik. Perkembangan jasmani dan rohani sangat erat kaitannya , begitu juga dengan perkembangan akal, erat hubungannya dengan perkembangan jasmani.
2) Perkembangan Kognitif

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara berfikir anak. Kemampuan anak mengkoordinasikan berbagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan. Cara belajarnya melalui inisiatif, pengalaman dan juga pembiasaan belajar dari pengalaman. Disini anak akan belajar terus mengenai hal-hal tertentu hingga menjadi suatu perilaku yang baku bagi anak.
3) Perkembangan bahasa.

Selama masa awal masa kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi, anak-anak harus menguasai dua tugas pokok yang merupakan unsur penting dalam berbicara. Pertama, mereka harus meningkatkan kemampuan untuk
mengerti apa yang dikatakan orang lain dan kedua, mereka harus meningkatkan kemampuan bicaranya sehingga dapat dimengerti orang lain.
4) Perkembangan emosi dan sosial.

Selama awal masa dini emosi anak sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti ia mudah terbawa ledak-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Pada masa ini perkembangan mental anak memperoleh kesempatan semaksimal mungkin untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan menjadi terbelakang. Dalam perkembangan mental inilah anak memerlukan bantuan yang intensif, terencana yang tepat.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagaii perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada. Tingkah laku sosial adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar respons terhadap tingkah laku anak.
5) Perkembangan Jiwa Sepiritual Anak

Potensi keagamaan terhadap seorang anak telah ada sejak dalam kandungan bahwa dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk mengenal Allah dan mengesaka- Nya. Pengakuan terhadap kedudukan Allah sebagai Tuhan tertanam kuat dalam fitrahnya, tinggal bagaimana pengembangan serta pemeliharaan potensi (perasaan religius) yang ada pada anak tersebut, maka disinilah peran para pendidik dalam mengembangkan keagamaan anak. Dalam kehidupan manusia
memiliki potensi beragama bahkan potensi tersebut sudah dianggap sebagai kebutuhan spiritual manusia. Menurut Jalaluddin , potensi bawaan (agama) tersebut memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Tanda-tanda keagamaan pada diri anak tumbuh terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan pada diri anak. Belum terlihatnya tindakan keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang belum sempurna. Namun demikian pengalaman-pengalaman yang diterima oleh anak dari lingkungan akan membentuk rasa keagamaan pada diri anak. Oleh karena itu, perlu usaha bimbingan dan latihan dari pendidik seiring dengan perkembangan anak. Perkembangan jiwa agama pada anak semakin berkembang bila diiringai dengan kasih sayang dari orang-orang yang ada disekelilingnya. Perkembangan jiwa agama pada anak dimulai sejak lahir dan akan terus berkembang dimulai dengan anak bisa bicara dan menyebut nama Tuhan sampai akhirnya ia melihat orang disekitarnya mengerjakan ibadah sebagai perintah Allah yang akhirnya jiwa agama pada anak akan terus berkembang seiring dengan perilaku orang tua yang agamis dan mengarahkan anaknya dengan pendidikan yang benar
Untuk mengimplementasikan program pembelajaran berbasis life skills bagi anak usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan anak.

Tanda-tanda keagamaan pada diri anak tumbuh terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan pada diri anak. Belum terlihatnya tindakan keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang belum sempurna. Namun demikian pengalaman-pengalaman yang diterima oleh anak dari lingkungan akan membentuk rasa keagamaan pada diri
2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu.
3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu:
a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik,
b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain.
c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar
d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis.
e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar